Menilik Sejarah dan Wisata Kawasan Kota Lama Surabaya
45news.id - Wisata Kota Lama Surabaya telah diresmikan oleh
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Kamis (3/7). Obyek wisata yang terletak di
kawasan Surabaya Utara ini, kaya akan muatan sejarah dan keindahan arsitektur
bangunan tempo dulu.
Jalan Rajawali didominasi oleh bangunan
berarsitektur kolonial. Kawasan jalan ini merupakan koridor di Surabaya yang
masih dipertahankan keasliannya dan merupakan salah satu dari tiga “kampung
lama” yang sering disebut dengan “pertigaan”.
Pertigaan tersebut terdiri dari kawasan Arab “Ampel”.
Kawasan Asia Timur “Kembang Jepun” serta Kawasan kolonial “Jalan Rajawali”.
Daya tarik wisata di Jalan Rajawali antara lain gedung Cerutu, Hotel Arcadia,
SMPN 5 Surabaya, gedung PTPN XII, gedung PTPN XI, gedung Pertamina, gedung
Internatio, De Javasche Bank, Bank BNI, Kantor Pos Besar Kebonrojo, Taman
Sejarah, Jembatan Merah, Pabrik Siropen, Misoa, Pelabuhan Perak dll.
Jalan Rajawali adalah Kawasan wisata kota lama yang
hingga kini banyak diminati wisatawan, terutama wisatawan asing.
Gedung Internatio
Internationale Crediten Handelvereeninging, atau
yang lebih dikenal sebagai Gedung Internatio, berlokasi di tengah-tengah area
wisata sejarah Kota Lama Surabaya, tepatnya di sudut Jalan Heerenstraat (Jalan
Rajawali) dan Willemsplein (Taman Sejarah).
Gedung ini sarat akan muatan sejarah perjuangan
kemerdekaan yang sangat menarik yang dibangun pada tahun 1931. Hingga kini,
arsitekturnya masih terpampang asli.
Gedung Cerutu
Gedung Cerutu yang didirikan pada tahun 1916,
dulunya berfungsi sebagai kantor pabrik gula NV Maatschappij Tot Exploitatie
van Het Bureau Gebroeders Knaud.
Bangunan ini memiliki arsitektur kolonial yang khas
dengan bentuk simetris serta pintu-pintu lengkung berjeruji.
Nama Gedung Cerutu berasal dari menaranya yang
berbentuk menyerupai cerutu warna merah marun. Keunikan dan keindahan gedung
ini membuatnya menjadi salah satu spot foto terbaik di kawasan ini.
De Javasche Bank
De Javasche Bank adalah bangunan bersejarah lainnya
yang terletak di Kota Lama Surabaya.
Gedung ini dibangun pada tahun 1829 dan dulu merupakan bank regional
Hindia Belanda di Surabaya pada masa kolonialisme.
Kini, bangunan dengan konsep arsitektur
Neo-Renaissance ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengabadikan
momen di tempat bersejarah dengan latar belakang yang elegan.
Hotel Arcadia
Hotel Arcadia yang sempat dikenal sebagai Hotel Ibis
adalah salah satu bangunan bersejarah di Kota Lama Surabaya yang masih
berfungsi hingga sekarang.
Sebelum menjadi hotel, gedung ini sebelumnya adalah
perusahaan NV Geo Wehry & Co. yang utamanya bergerak di sektor perkebunan
Hindia Belanda.
Dengan fasad klasik berbentuk seperempat bola dan
nuansa kolonial yang kental, hotel ini menawarkan latar belakang yang indah
untuk berfoto. Keindahan arsitektur hotel ini menjadikannya salah satu spot
foto favorit di kawasan ini.
Gedung Singa
Berjalan sedikit ke area Jembatan Merah kemudian
masuk ke Jalan Veteran, masih di area wisata Kota Lama Surabaya, terdapat
Gedung Singa.
Dinamakan demikian karena terdapat patung singa
kembar di tangga bagian depan bangunan ini.
Pada masa kolonialisme, gedung ini bernama Algemeene
Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente yang difungsikan sebagai kantor
perusahaan asuransi jiwa terbesar di era Hindia Belanda.
Empat Zona 'Jalur Sutera' Budaya Kota Lama Surabaya
Kota Lama Surabaya, yang paling anyar. Wisata
heritage sebagai garis kultur peradaban di Surabaya itu menggambarkan secara
ikonik perjalanan Kota Pahlawan. Wisata Kota Lama Surabaya dikonsep dengan
gmbaran kawasan Surabaya yang saat itu menjadi denyut nadi budaya dan ekonomi.
Bermuara dari Jembatan Pethekan sebagai akses pintu masuk, penataan dilakukan
dari kawasan Zona Arabic (Ampel).
Ampel menjangkau Jalan Pegirian, Jalan Sasak, hingga
Jalan KH Mansyur. Zona ini menawarkan nuansa Arab karena memang menjadi organisasi
etnis Arab di Surabaya. Termasuk makam Sunan Ampel dan juga wisata kuliner
Serambi Ampel.
Jalur penghubung terlihat dari kawasan pasar ikan
Pabean Surabaya. Akses tersebut menuju pada kawasan Zona Pecinan. Zona tersebut
meliputi Jalan Karet, Jalan Kembang Jepun, hingga Jalan Panggung. Zona ini
menawarkan bangunan-bangunan peninggalan etnis Tionghoa. Pada masa kolonial
kawasan ini memang menjadi pusat perdagangan etnis Tionghoa.
Berbelok dari Jembatan Merah dan sekitarnya, nuansa
Zona Eropa terlihat dari spot-spot bangunan tua yang keasliannya masih terjaga.
Zona Eropa sendiri meliputi Jalan Kalimas, Jalan Veteran, Jalan Sikatan, dan
Jalan Rajawali. Zona ini menawarkan organisasi dan perkantoran etnis Eropa di
masa kolonial, serta keberadaan Penjara Kalisosok peninggalan Belanda yang
bangunannya masih ada hingga saat ini.
Untuk bisa menikmati itu semua, sarana penunjang
dengan menggunakan Jeep Tour akan disediakan Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga
dan Pariwisata (Disbudprapar) Surabaya.
Perkuat Kultur Budaya Perkampungan
Surabaya memiliki karakter egaliter dari segi
sosio-kultural dengan fondasi sosial yang hidup dari setiap sudut perkampungan.
Ya, karakter Arek Suroboyo sejak era Bapak Proklamator RI Ir Soekarno (Bung
Karno) hingga para tokoh yang menjadi pusaran pergerakan sejarah bangsa lahir
dari perkampungan di sana.
Tengok saja kawasan perkampungan Pandean (Rumah
Kelahiran Bung Karno), Peneleh (Rumah Roeslan Abdul Gani dan HOS
Tjokroaminoto), serta kampung Kawatan dan beberapa perkampungan lain adalah
'rumah besar' dari pemikiran-pemikiran luar biasa dalam perjalanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Na)
Belum ada Komentar untuk "Menilik Sejarah dan Wisata Kawasan Kota Lama Surabaya"
Posting Komentar