Mengenal Biografi Jenderal Soedirman, Guru yang Jadi Panglima Besar TNI di Usia 29 Tahun
45news.id - Jenderal Soedirman atau Raden Soedirman merupakan
sosok perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Ia
dipilih sebagai Panglima Besar TNI pada tahun 1945 di usianya yang baru
menginjak 29 tahun.
Sosoknya dikenal karena pengorbanannya dalam
memperjuangkan kebebasan Indonesia dari tangan para penjajah hingga akhir
hayatnya. Perjuangannya antara lain adalah dalam menaklukan Agresi Militer II
oleh Belanda melalui strategi gerilya.
Berkat jasa besarnya, kini sosok Jenderal Soedirman
dikenang melalui nama-nama jalan besar yang dinamakan sesuai namanya, monumen
atau patung, hingga museum yang didedikasikan untuk dirinya.
Biografi Singkat Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman atau Raden Soedirman dikenal
sebagai sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini
adalah biografi Jenderal Soedirman, mulai dari biodata hingga peninggalan
setelah akhir hayatnya:
Biodata Jenderal Soedirman
Nama: Raden Soedirman (EYD: Sudirman)
Alias: Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden
Soedirman, Jenderal Soedirman
Lahir: Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950 (umur 34)
Orang Tua: Karsid Kartawiraji (ayah), Siyem (ibu)
Istri: Alfiah
Anak: Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, Taufik Effendi,
Titi Wahjuti Satyaningrum, Didi Praptiastuti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi,
Ahmad Tidarwono
Pendidikan:
Hollandsch Inlandsche School (HIS)
Taman Siswa
Sekolah Wirotomo
Kweekschool
Masa Kecil dan Pendidikan
Raden Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Rembang,
Purbalingga, 24 Januari 1916 dari sepasang suami istri yang merupakan rakyat
biasa. Karena faktor ekonomi, semenjak kecil ia diadopsi oleh pamannya yang
bernama Raden Cokrosunaryo yang merupakan seorang priayi dan camat di Rembang
Purbalingga.
Pada usia tujuh tahun ia memulai pendidikan di
Hollandsch Inlandsche School (HIS) atau sekolah pribumi. Setelah tamat sekolah
selama 7 tahun ia kemudian melanjutkan pendidikannya di sekolah Taman Siswa.
Namun, pada tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo karena sekolah taman
siswa dilarang oleh pemerintah Belanda.
Soedirman dikenal sebagai sosok siswa yang rajin dan
taat beragama. Ia mempelajari keislaman dibawah bimbingan Raden Muhammad
Kholil. Teman-temannya bahkan menjulukinya sebagai ‘Haji’ karena ia sering
berceramah dan rajin dalam belajar.
Belajar di Kweekschool untuk Menjadi Guru
Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat dan
keluarga Soedirman jatuh miskin. Meskipun begitu, ia diperbolehkan untuk melanjutkan
sekolahnya hingga tamat tanpa biaya.
Soedirman ikut mendirikan organisasi islam bernama
Hizbul Wathan milik Muhammadiyah pada masa sekolahnya di Wirotomo. Setelah
lulus, ia kembali belajar di Kweekschool, sebuah sekolah khusus calon guru,
namun berhenti karena masalah biaya.
Soedirman lalu kembali ke Cilacap dan mulai mengajar
di sekolah dasar Muhammadiyah. Selama mengajar di sekolah tersebut, ia aktif
dalam perkumpulan organisasi pemuda Muhammadiyah. Kemampuannya dalam memimpin,
aktif dalam berorganisasi, dan ketaatannya pada Islam, menjadikan Soedirman
sebagai sosok yang dihormati oleh masyarakat.
Perjuangan Jenderal Soedirman pada Masa Pendudukan
Jepang
Pada tahun 1944, Soedirman bergabung dengan tentara
Pembela Tanah Air (PETA) dan diangkat sebagai komandan batalyon di Banyumas
setelah menyelesaikan pendidikannya. Selama menjabat, Soedirman bersama rekan
sesama prajuritnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang, hingga
diasingkan ke Bogor.
Setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang
pada awal Agustus 1945, Soedirman diperintahkan oleh Soekarno untuk memimpin
perlawanan terhadap Jepang di Jakarta. Namun, ia menolak hal tersebut karena
mengaku tidak terbiasa dengan lingkungan Jakarta. Ia justru mengajukan diri
untuk memimpin pasukan di Kroya.
Setelah BKR (Badan Keamanan Rakyat) terbentuk,
Soedirman turut aktif berpartisipasi di BKR cabang Banyumas dan memimpin
masyarakat dalam melawan tentara Jepang. Sementara itu, pasukannya dijadikan
bagian dari Divisi V oleh Oerip Soemohardjo, yang saat itu merupakan panglima
sementara.
Diangkat Sebagai Panglima TNI
Pada 12 November 1945, Soedirman terpilih untuk
menduduki jabatan sebagai panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebelum
dilantik, ia sempat mengerahkan serangan kepada pasukan Inggris dan Belanda
yang melakukan agresi militer di Ambarawa.
Berkat keberanian dan semangat juangnya dalam
mempertahankan RI, Soedirman berhasil mendapatkan dukungan besar dari rakyat
yang kemudian mengantarkannya pada pangkat tertinggi di TNI. Soedirman resmi
dilantik sebagai Panglima TNI oleh Presiden Soekarno pada 28 Juni 1947 di
Yogyakarta pada usianya yang baru menginjak 31 tahun. (Na)
Belum ada Komentar untuk "Mengenal Biografi Jenderal Soedirman, Guru yang Jadi Panglima Besar TNI di Usia 29 Tahun"
Posting Komentar