Mengenal Ruwat Bumi, Tradisi Masyarakat Yang Tetap Dilestarikan
45news.id - Sedekah Bumi atau Ruwatan Bumi merupakan sebuah
tradisi upacara adat yang sejak dulu hingga sekarang masih dilestarikan oleh
masyarakat adat secara luas. Meruwat berasal dari kata ruwat dalam Bahasa Sanskerta,
yang memiliki arti membuang sial atau menyelamatkan orang atau masyarakat dari
gangguan tertentu.
Gangguan itu bisa dikatakan sebagai kelainan dari
suatu kondisi yang umum dalam suatu keluarga, masyarakat maupun pada diri
seseorang. Gangguan yang harus diruwat yakni gangguan bagi seseorang yang
disebabkan oleh suatu perbuatan yang dapat menimbulkan sial atau celaka yang
mengakibatkan dampak sosial lainnya.
Ruwatan bagi masyarakat merupakan suatu bentuk usaha
yang bertujuan agar kelak setelah menjalani ruwatan tersebut diyakini akan
mendapatkan berkah.
Bisa berupa keselamatan, kesehatan, kedamaian,
ketentraman jiwa, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi diri sendiri secara khusus
maupun bagi keluarga, masyarakat atau dalam lingkup yang lebih besar lagi.
Adapun kegiatan Ruwat Bumi tersebut diselenggarakan
untuk memfasilitasi kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan upaya
menciptakan kedamaian, keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan seseorang,
keluarga dan masyarakat dalam hidupnya.
Di luar dari hal tersebut, pelaksanaan kegiatan
ruwatan ini juga merupakan salah satu upaya pelestarian terhadap tradisi budaya
masyarakat, yang telah dilaksanakan oleh para nenek moyang pada zaman dahulu
kala.
Ruwatan Bumi ini juga merupakan tradisi leluhur yang
sudah ada sejak jaman dahulu. Oleh karena itu, dalam upaya memfasilitasi
kepentingan masyarakat khususnya Eks Transmigrasi Desa Rias Kecamatan Toboali.
Acara ruwatan ini diselenggarakan dengan bersedekah
dengan Takir. Takir adalah wadah terbuat dari daun pisang segi empat sebagai
simbol keseimbangan, simbol menata pikir, simbol ikhlas sedekah dan simbol
kesederhanaan.
Takir tersebut diisi nasi dan beraneka lauk pauk
untuk dimakan secara bersama-sama pada Ruwatan Bumi.
Adapun acara tersebut dilakukan ritual yakni ikrar
yang dibaca oleh sesepuh adat baik Melayu, Jawa, Sunda dan Bugis dan dipungkasi
dengan penarikan ketupat luar yang berisi beras kuning, uang receh dan kembang
setaman.
Ini sebagai simbol rasa syukur dan harmoni terhadap
Tuhan, Allah SWT pemilik alam semesta. Pada Ruwat Bumi lengkap dengan
pergelaran wayang kulit lakon Wahyu Katentreman dan Gatotkaca Krido.
Belum ada Komentar untuk "Mengenal Ruwat Bumi, Tradisi Masyarakat Yang Tetap Dilestarikan"
Posting Komentar