Belajar dan Meneladani dari Seorang Patih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara (Bagian-2)
45news.id - Indonesia terbentuk dan merdeka dari penjajah karena
ada komitmen dari bersatunya kepulauan. Bersatunya kepulauan inilah dikenal
dengan nama Nusantara. Secara morfologi Nusantara terdiri dari dua suku kata
yaitu Nusa dan antara. Nusa artinya pulau dan antara artinya lain atau
seberang. Maka Nusantara itu artinya pulau lain di luar Jawa maksudnya. Kalau
diistilahkan Nusantara itu mengambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari
Sumatera sampai Papua.
Nusantara juga menggambarkan konsep kenegaraan yang
dianut kerajaan Majapahit. Wilayah-wilayah Nusantara tercatat dalam Kitab
Negarakertagama. Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Nusantara terdiri dari
Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau
sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku dan Papua Barat, ditambah wilayah Malaysia,
Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan.
Nusantara sendiri wujud dari peremajaan dari
Dwipantara. Kenapa disebut peremajaan? Sebelum Nusantara ada dan tertulis dalam
Sumpah Palapa pada tahun 1334 kata Dwipantara sudah dikenalkan Kertanegara,
Raja Singasari pada tahun 1275. Jadi, Dwipantara setengah abab lebih awal dari
Nusantara. Apa sih Dwipantara? Dwipantara sendiri merupakan sinonim dari
Nusantara yang berasal dari bahasa Sansekerta. Artinya Dwi itu pulau dan antara
itu lain atau seberang.
Kenapa konsep persatuan kepulauan ini selalu
digalakkan leluhur bangsa ini? Leluhur bangsa Indonesia ini sadar, bahwa Jawa
sendirian tidak mampu menghadapi kemungkinan-kemungkinan serangan dari luar.
Maka sejak Kerajaan Singasari sudah membangun konsep persatuan pulau-pulau
disekiling Jawa. Hal ini terbukti dalam sejarah ketika Kertanegara melakukan
Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi Pamalayu memiliki tujuan menjalin persatuan dan
persekutuan politik dengan kerajaan Melayu Dharmasraya di Jambi.
Ekspedisi Pamalayu dianggap penting oleh Kertanegara
karena untuk memperkuat Singasari dari kemungkinan serangan dari Mongol. Dari
ekspedisi ini keinginan Singasari kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara tetap
solid. Tergantikannya Dwipantara oleh Nusantara karena populernya Sumpah
Palapa. Gajah Mada bersumpah tidak akan makan Palapa (rempah-rempah) sebelum
berhasil menaklukkan Nusantara. Sumpah ini diucapkan ketika Gajah Mada diangkat
jadi Mahapatih di Majapahit.
Sumpah Palapa tertulis dalam Kitab Pararaton yang
berbunyi, “Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira
Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, sumana ingsun amukti palapa”.
Sumpah Palapa kalau dialih-bahasakan Indonesia
berbunyi, “Ia, Gajah Mada sebagai Patih Amungkubumi tidak ingin melepas puasa,
Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya
(baru makan) melepas puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura,
Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru
akan) melepaskan puasa”.
Sumpah Patih Gajah Mada sempat mengemparkan
Majapahit dan para petinggi Kerajaan Majapahit banyak yang mentertawakan.
Justru dengan ditertawakan Gajah Mada semakin semangat menyatukan Nusantara.
Gajah Mada melakukan program kerja penyatuan Nusantara selama 21 tahun, yakni
sejak tahun 1336 sampai 1357.
Program penyatuan Nusantara sesuai dalam sumpahnya.
Target yang ingin disatukan adalah negara-negara diluar kekuasaan Majapahit
untuk membangun Bhineka Tunggal Ika, yakni terdiri dari; Gurun (Lombok), Seram,
Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatera Utara), Pahang (Malaya), Dompu
(Maluku), Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura). Semangat
penyatuan Nusantara oleh Gajah Mada sebagai bukti bahwa leluhur Indonesia
bercita-cita membangun negara yang adidaya.
Gajah Mada dalam isi sumpahnya tentu belajar dari
Kertanegara yang juga memiliki cita-cita menyatukan Nusantara. Walaupun semua
wilayah yang tertuang dalam Sumpah Palapa tidak dalam kekuasaan Indonesia,
tetapi bangsa ini wajib bersyukur dan mengapresiasi Patih Gajah Mada sebagai
tokoh pemersatu Nusantara. Sebab, Indonesia berdiri karena adanya komitmen
persatuan dari pulau-pulau yang membentang dari Sumatera sampai Papua.
Awal kemerdekaan bangsa ini kata Nusantara menjadi
opsi nama alternatif negara. Waktu itu Ki Hadjar Dewantara mengusulkan nama
Nusantara. Dari berbagai pertimbangan akhirnya negara ini dinamai Indonesia.
Walaupun Nusantara tidak jadi nama negara, kata Nusantara sendiri sudah
familiar dijadikan sinonim dari Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa Nusantara
dan Indonesia itu satu kesatuan.
Para leluhur bangsa ini memang memiliki jiwa
persatuan. Kalau kepulauan di Indonesia ini berdiri sendiri-sendiri tentu akan
mudah dikuasai oleh penjajah. Supaya terbentuk negara yang kuat disatukanlah
lewat konsep Bhineka Tunggal Ika. Dari jaman kerajaan sampai merdeka konsep
Bhineka Tunggal Ika selalu dikedepankan. Bhineka Tunggal Ika juga dikuatkan
adanya komitmen Sumpah Pemuda.
Setalah kemerdekaan pada tanggal 13 Desembar 1957
dikokohkan sebagai Hari Nusantara. Hari Nusantara diprakarsai oleh Deklarasi
Djoeanda. Kertanegara pada abab 12 punya konsep penyatuan Nusantara, kemudian
Gajah Mada pada abab 13 juga punya konsep Nusantara, sebagai pewaris Nusantara
kalau anti Nusantara bearti lupa dengan cita-cita leluhur dalam membangun
negara ini.
Penyatuan Nusantara berlandaskan Bhineka Tunggal Ika
yang menjadi ruhnya Pancasila. Pancasila dibentuk sebagai azas tunggal negara
Nusantara (Indonesia) sebagai titik temu kesepakatan. Sebagai pewaris marilah
wawasan Nusantara selalu dikaji dan dipelajari untuk meneladani perjuangan
Gajah Mada serta para leluhur. Para leluhur bangsa menyatukan Nusantara penuh
dengan perjuangan yang mempertaruhkan nyawanya. Pewaris bangsa wajib menjaga
Nusantara sekuat tenaga supaya Indonesia tetap disegani dunia. (Na)
Belum ada Komentar untuk "Belajar dan Meneladani dari Seorang Patih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara (Bagian-2)"
Posting Komentar