Universitas Negeri Malang Bahas Soekarno Dan Pancasila Di Abad 21
Malang, 45news.id - Rektor Universitas Negeri Malang (UNM), Prof. Hariyono, hadir sebagai narasumber pada Sarasehan Nasional Pancasila dan Haul Bung Karno, yang diselenggarakan oleh UPT Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang (UNM) pada Selasa (27/06/23) di Kampus UNM di Kota Malang. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan bahwa distorsi sejarah yang menyebabkan masih ada dosen sejarah di kampus lain yang menolak Pancasila lahir 1 Juni 1945.
“Mengapa sampai saat ini masih ada anggapan ada 3 (tiga)
orang yang merumuskan Pancasila? Ini terjadi karena distorsi. Ayo cek, apakah
Bung Hatta orang jujur atau tidak? Saat menerima gelar doctor honoris causa,
Bung Hatta menegaskan Pancasila adalah pidato Bung Karno pada 1 Juni. Ini bisa
kita temukan dalam tulisan Bung Hatta, Pancasila Jalan Lurus, testimoni Panitia
Lima, dan lainnya,’’ ungkap Hariyono.
Ditempat yang sama, Dr. A. Basarah (Wakil Ketua MPR
RI/FPDI Perjuangan) yang juga sebagai narasumber menyampaikan di Abad 21 inilah
Pancasila diuji, sejauh mana sila-sila yang terkandung di dalamnya tetap
dihayati dan dijalankan oleh rakyat pendukung ideologi ini.
“Bahwa di Abad 21 dan abad berikutnya, zaman terus
berubah dan masyarakat akan berkembang. Dia menilai sebagai ideologi bangsa,
elastisitas Pancasila diuji, jika Pancasila tidak kita pompakan terus-menerus
ke tengah masyarakat, sangat mungkin elastisitas ideologi ini tak lagi kenyal
berhadapan dengan ideologi-ideologi lain yang sangat mudah diakses di Internet,
mulai dari komunisme, kapitalisme, sampai khilafah,” tegas Basarah.
Basarah juga mengajak audiens untuk refleksi bahwa
desukarnoisasi yang pernah terjadi di masa lalu berhasil membuat stigma bahwa
Bung Karno jauh dari umat Islam, sangat dekat dengan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Padahal sebenarnya, banyak pemikiran Bung Karno tentang sinergi antara
Islam dan Pancasila yang melahirkan nasionalisme religius.
“Ada pemahaman dikotomis yang sengaja dikembangkan
di masa lalu bahwa nasionalisme bertentangan dengan Islam. Jadi, jika Bung
Karno dianggap kelompok yang menganut paham kebangsaan, otomatis beliau dinilai
tidak Islami. Ini salah kaprah dan tidak tepat sebab Bung Karno sendiri
menegaskan ia adalah seorang Muslim, yang karena Islam yang dianutnya, ia
menjadi nasionalis, Bung Karno juga menegaskan Islam memerintahkan umat Muslim
membela tanah air di mana mereka hidup,’’ jelas Basarah. (er)
Belum ada Komentar untuk "Universitas Negeri Malang Bahas Soekarno Dan Pancasila Di Abad 21"
Posting Komentar