Sebagai Penyelenggara Pemilu, Ayo Bermedsos Yang Profesional! Jangan Jadikan Jarimu Harimaumu
![]() |
Lia Andriyani |
Penulis: Lia Andriyani*
Undang-undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 22E
menjadi dasar dalam terselenggaranya Pemilihan umum di Indonesia. Menurut
Pahlevi dan Amrurobbi (2020) Pemilihan umum adalah proses melibatkan warga
negara ke dalam proses pemerintahan. Warga negara atau masyarakat secara umum
terlibat langsung dalam proses menentukan pemerintah untuk periode 5 (lima)
tahun kedepan.
Proses itulah yang kemudian disebut dengan kadaulatan berada ditangan
rakyat. Kedaulatan rakyat ini diserahkan sebagian saja kepada para penguasa.
Karena sejatinya, kedaulatan yang sesungguhnya tetap ada di tangan rakyat.
Penguasa memiliki legitimasi memerintah dan menjalankan kekuasaan sepanjang
tidak merugikan kepentingan rakyat. Penyerahan sebagian kedaulatan itu dilakukan
melalui proses dalam penyelenggaraan pemilu.
Pada proses penyelenggaraan pemilihan umum tentunya ada lembaga yang
kemudian berperan sebagai penyelenggara pemilu. Di indonesia terdapat 3 lembaga
penyelenggara pemilu, diantaranya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik
Indonesia, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Republik Indonesia dan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Setiap penyelenggara Pemilu terikat kode etik, tidak terkecuali dalam
bermedia sosial. Masyarakat menilai dan mengawasi setiap unggahan media sosial
Anda. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) selaku
regulator di bidang informasi dan teknologi senantiasa mengingatkan masyarakat
agar tidak tergesa-gesa dalam menyebarkan sebuah berita. Menkominfo
menyayangkan seringkali sebuah berita disebarkan tanpa diperiksa dulu
kebenarannya. Peraturan mengenai pemanfaatan internet sendiri telah diatur
dalam Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Sebagai Penyelenggara Pemilu terdapat batasan dalam bermedia sosial yang
diatur dalam Pasal 8 Dalam melaksanakan prinsip mandiri, Penyelenggara Pemilu
bersikap dan bertindak yang cerdas, sebaiknya Netral atau tidak memihak
terhadap partai politik, calon, pasangan calon, dan/atau peserta Pemilu. Penyelenggara
pemilu tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan tentang
masalah atau isu yang sedang terjadi dalam proses Pemilu; tidak mempengaruhi
atau melakukan komunikasi yang bersifat partisan dengan peserta Pemilu, tim
kampanye dan pemilih.
Setiap unggahan akan menjadi sorotan untuk itu akan menjadi kerawanan bagi
penyelenggara pemilu seperti Mengunggah konten atau postingan yang memuat
bagian atau berhubungan dengan peserta Pemilu dan Pemilihan, Memberikan, like
atau suka atau interaksi lainnya dalam postingan yang diunggah oleh peserta
Pemilu dan masih banyak lagi kerawanan kerawanan yang lain.
Agar dapat mengantisipasi hal itu, ayo jadikanlah media sosial ini sebagai sarana untuk mensosialisasikan aturan atau informasi dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran, Sebagai media untuk mengajak masyarakat menghindari Black Campaign, Politisasi SARA. Jadikan media sosial ini sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat dan menangkal HOAX dan untuk menyebarkan informasi serta program Bawaslu kepada masyarakat.
*Penulis saat ini merupakan Staf Panwascam Sukosewu, Bojonegoro.
Belum ada Komentar untuk "Sebagai Penyelenggara Pemilu, Ayo Bermedsos Yang Profesional! Jangan Jadikan Jarimu Harimaumu"
Posting Komentar