-->
Loading...

Adi Sutarwijono, Ketua DPRD Surabaya : Bung Karno Itu Ekspresif, Revolusioner, Radikal, Cinta Tanah Air Serta Egaliter

 


Surabaya, 45news.id – Setelah sekian lama meredup di masa Orde Baru, gaung peringatan bulan Bung Karno di bulan Juni menggema di era reformasi hingga saat ini. Ditingkat nasional maupun dipelosok-pelosok daerah digelar peringatan bulan Bung Karno dengan melibatkan banyak orang. Harapannya ini untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa Bung Karno adalah pahlawan nasional yang telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pencetus Pancasila sebagai dasar negara serta Presiden RI pertama.

GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) sebagai organisasi mahasiswa ekstra kampus yang mengusung asas Marhaenisme sebagai ideologi perjuangannya, turut ambil bagian menghadirkan Bung Karno melalui ide, gagasan dan sejarah perjuangannya diruang publik. Dihadiri kurang lebih 150 anggota dan alumni GMNI, berlangsung Talk Show yang diselenggarakan oleh DPC GMNI Surabaya pada Jumat (16/06/23) di Warung Mbah Cokro Jalan Raya Prapen Surabaya. Acara ini menghadirkan 2 (dua) narasumber yang sama-sama berlatar belakang nasionalis-marhaenis yaitu Adi Sutarwijono (Ketua DPRD Kota Surabaya/Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya) serta Eko Rinda Prasetiyadi (Ketua Persatuan Alumni GMNI di Sidoarjo/mantan KPID Jawa Timur).

Diawal penyampaian materinya, Awi (panggilan akrab Adi Sutarwijono) mengatakan anak muda harus mencintai negara ini (Indonesia). Bung Karno itu disamping ekspresif, revolusioner dan radikal, beliau adalah pecinta Tanah Air yang sangat luar biasa. Dia mengisahkan, suatu saat di Bengkulu, Bung Karno bertemu dengan tokoh Muhammadiyah yaitu Hassan Din, dan Hassan ini mempunyai satu sekolah yang kemudian Bung Karno menawarkan diri untuk mengajar tapi dijawab oleh Hassan Din agar jangan mengajarkan kepada anak-anak ini soal politik. Bung Karno menjawab baiklah saya akan mengajarkan anak-anak ini rasa cinta kepada Tanah Air, karena rasa cinta kepada Tanah Air itulah yang meluap-luap dalam diri Bung Karno sehingga kemudian Bung Karno itu sanggup untuk menanggung berbagai penderitaan sebagai resiko dari perjuangan bahkan hingga diasingkan.

Dan kemudian nyala api Bung Karno itu senantiasa terpelihara tidak pernah redup, inilah yang saya lihat bentuk konsistensi dalam gerak perjuangan Bung Karno. Mengapa bisa terbentuk seperti itu? Bung Karno pernah bilang, saya ini Arek Suroboyo, yang lahir di Surabaya. Ini penting saya sampaikan, karena masih banyak anak muda sekarang yang menganggap Bung Karno lahir di Blitar. Di Surabaya inilah membentuk karakter perjuangan Bung Karno dalam kultur masyarakat yang terbuka, egaliter dan blak-balk’an. “ uangkap Awi.

Ditempat yang sama, narasumber kedua, Eko Rinda menyampaikan bahwa GMNI merupakan pewaris ajaran Bung Karno yaitu Marhaenisme termasuk Pancasila 1 Juni 1945. Dengan demikian, GMNI harus konsisten dalam arah perjuangannya bersandarkan pada ideologi Marhaenisme yang bertujuan untuk keselamatan dan kesejahteraan kaum marhaen. Pancasila juga harus dijadikan sebagai bintang penuntun bangsa dalam mengantarkan terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

“Untuk itulah, GMNI harus membangun aliansi baik taktis maupun strategis. Untuk aliansi taktis, GMNI bisa berkolaborasi dengan organisasi kemahasiswaan yang lain maupun dalam forum-forum umum sebagai upaya penguatan ideologi Pancasila. Namun yang lebih penting adalah mewujudkan amanat dan cita-cita Sosialisme Indonesia itu harus membangun aliansi strategis. Aliansi ini bersama organisasi massa nasionalis-marhaenis yang se-asas perjuangan, ada Pemuda Demokrat, GSNI, Gerakan Pemuda Marhaenis, dan lainnya. Komunikasi dengan parpol untuk kepentingan perjuangan ideologis juga bisa dilakukan, selama tidak mengganggu independensi GMNI. Jadi kedepan kerjasama dengan mas Awi ini harus lebih intensif. GMNI dapat terlibat dalam persoalan-persoalan kerakyatan khususnya di Surabaya, untuk kemudian dikawal aspirasi dan persoalannya tersebut ke penyelenggara pemerintahan Kota baik Walikota maupun DPRD, “ kata Eko Rinda.

Diakhir sesi akhir, Awi menceritakan bahwa Bung Karno juga pernah hadir di Kongresnya Trikoro Dharmo, ini adalah kongresnya kaum ningrat, priyayi Jawa. Kemudian Bung Karno dengan berani pidato dengan Bahasa Jawa ngoko, maka bubarlah Kongres itu. Ini sebagai bentuk egaliter. Jadi keberanian-keberanian itu, menurut saya haruslah diwarisi oleh anak-anak muda sekalian. Disamping juga mempunyai cita-cita yang tinggi sebagaimana pesan Bung Karno : “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.” Itu sangat penting sekali.

“Dan juga harus diingat tentang Eka Sila yaitu gotong royong sebagai perasan dari Pancasila dan Trisila yang dikemukakan oleh Bung Karno dalam Pidato di sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945,”  tegas Awi. (er)

Belum ada Komentar untuk "Adi Sutarwijono, Ketua DPRD Surabaya : Bung Karno Itu Ekspresif, Revolusioner, Radikal, Cinta Tanah Air Serta Egaliter"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel