-->
Loading...

Seminar Pembumian Nilai-Nilai Pancasila dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan di Kota Malang


Malang, 45news.id – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Malang menyelenggarakan Seminar bertema “Pembumian Nilai-Nilai Pancasila dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan Tahun 2023” di Hotel Montana Klojen-Malang (30/03/2023). Adapun seminar tersebut mengangkat dalam rangka fasilitasi usulan Musrenbang Tematik Tahun 2022. Seminar ini menghadirkan narasumber inspiratif  yaitu Dra Rinawati MM (Kepala Bakesbangpol Kota Malang), Dr Agung Suprojo (Dekan FISIP UNITRI) dan Cokro Wibowo Sumarsono SPd MAP (Budayawan).

Dalam pemaparannya, Rinawati menyampaikan bahwa nilai kebangsaan generasi penerus bangsa perlu dikuatkan, agar keutuhan NKRI tetap terjaga serta sebagai wujud cinta tanah air. ”Acara ini sangat penting untuk membangkitkan rasa nasionalisme sekaligus rasa kebangsaan. Sekaligus sebagai implementasi fasilitasi Musrenbang tematik tahun lalu,” kata Rinawati.

Dalam kesempatan ini juga, Dr Agung Suprojo membahas tentang nilai-nilai bela negara. Ia memaparkan mengenai 5 (lima) nilai dalam Bela Negara. “Yaitu cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara serta memiliki kemampuan awal bela negara,” ujar Agung. Menurut Agung, bela negara ini merupakan upaya untuk menghalau berbagai ancaman dan rongrongan terhadap kedaulatan bangsa dan ideologi Pancasila. Ancaman-ancaman itu diantaranya melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa, upaya merubah ideologi bangsa, upaya adu domba masyarakat dan membutakan generasi muda akan sejarah dan ideologi bangsanya. ”Mari bersatu melawan segala sikap intoleransi, radikalisme dengan ketegasan hukum dan ketegasan sosial, ” tegas Agung.

Sementara itu, Cokro mengatakan bahwa makna pokok Pancasila, salah satunya adalah sebagai suatu doktrin revolusi yang anti kolonialisme dan anti imperialisme. Ia kemudian menjabarkan beberapa konteks tentang pembumian nilai-nilai Pancasila. Pertama, membumikan Pancasila harus di implementasikan ke dalam norma dan praktik kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menjaga konsistensi, relevansi dan kontekstualisasinya. Kedua, perlu upaya sosialisasi dari berbagai lingkungan pendidikan, baik itu dikeluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. “Diperlukan kesadaran secara kolektif untuk membumikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dengan mengembalikan pendidikan Pancasila sebagai sebuah mata pelajaran sejak dari sekolah tingkat paling bawah sampai dengan jenjang perguruan tinggi.,” ujar Cokro.

Sebagai informasi, dalam pidato Lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno menjelaskan lima prinsip dasar negara sebagai berikut : Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial dan Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Atas saran seorang teman yang ahli bahasa, Bung Karno menyebut 5 dasar negara yang ia usulkan sebagai PANCASILA. Panca berarti lima dan sila berarti dasar.

Usai masing-masing narasumber memberikan pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif. Di akhir diskusi, Cokro mengajak untuk kembali ke khittah Bhinneka Tunggal Ika. ”Sesanti Bhinneka Tunggal Ika tidak boleh terreduksi di kata bhinneka saja tanpa adanya tunggal ika. Tidak berhenti pada sekedar menghargai adanya perbedaan saja, karena itu akan sama halnya dengan ideom pluralisme yang cenderung statis dan mengagungkan kebebasan. Bhinneka Tunggal Ika jauh lebih dinamis dari sekedar pluralisme. Karena dalam sesanti ini mengandung elan romantika kejayaan masa lalu. Selain itu juga mengandung spirit dasar persatuan guna mencapai cita-cita nasional bersama. Sesanti ini mengandung adanya keberagaman yang diikat oleh kerja perjuangan Bersama, “ kata Cokro yang juga dosen UNIRA Malang.

Selanjutnya, Agung mengajak semua yang hadir untuk konsisten dalam mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila melalui strategi penanaman nilai Pancasila yang meliputi pemahaman, penghayatan, penyuasanaan, pembiasaan, apresiasi dan keteladanan. “Strategi penghayatan itu diantaranya dengan berpikir kritis, mencoba dan merefleksi pengalaman sendiri/pihak lain secara mendalam serta memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan membekas ke dalam sanubari subjek didik, “ kata Agung. (er)

 

Belum ada Komentar untuk "Seminar Pembumian Nilai-Nilai Pancasila dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan di Kota Malang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel