Pemajuan Seni Teater Dan Film Di Tanah Air
Surabaya, 45news.id - Di akhir bulan Maret setiap tahunnya ada 2 (hari) yang
diperingati sebagai hari penting dalam seni peran dan pertunjukan. Yaitu tanggal
27 Maret yang diperingati sebagai hari teater internasional dan 30 Maret
sebagai hari film nasional. Seni teater dan seni film saat ini telah berkembang
dengan pesat. Berbagai kursus, pelatihan, akademi, pertunjukan hingga
keterlibatan banyak pihak telah menjadi eksistensi seni teater dan film dalam
kehidupan nasional bahkan internasional.
Dilansir dari Wikipedia, seni teater adalah jenis kesenian
pertunjukan drama yang dipentaskan di atas panggung. Secara spesifik, seni
teater merupakan sebuah seni drama yang menampilkan perilaku manusia dengan
gerak, tari, dan nyanyian yang disajikan lengkap dengan dialog dan akting.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teater mempunyai tiga pengertian,
yakni gedung atau ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara, dan sebagainya.
Selanjutnya, pengertian kedua adalah ruangan besar dengan deretan kursi-kursi
ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau untuk peragaan ilmiah.
Pengertian terakhir ialah pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi,
seni drama, sandiwara, dan drama. Secara etimologis, kata teater dapat
diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan, sedangkan kata teater secara
istilah diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas panggung untuk
konsumsi penikmatnya.
Sedangkan seni film adalah rangkaian gambar hidup yang
diputar sehinggga menimbulkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan
sebagai bentuk hiburan. Secara etimologi, film berasal dari kata
cinematographie yakni cinema yang berarti “gerak”, tho atau phytos “cahaya” dan
graphie atau graph “tulisan, gambar citra”. Dengan kata lain, dapat diartikan
film merupakan proses melukis gerak dengan cahaya yang menggunakan alat khusus
berupa kamera. Pendapat lain juga ada yang mengemukakan bahwa seni film
merupakan hasil karya seni yang mempunyai kelengkapan dari beberapa unsur seni
untuk melengkapi kebutuhan sifatnya spritual.
Dalam sejarahnya, Hari Teater Sedunia diprakarsai oleh Institut Teater
Internasional (ITI) pada tahun 1961. Setiap tahunnya, ITI merayakan nilai-nilai
penting dari teater serta menyelenggarakan pesan tahunan yang disampaikan oleh
pemain teater terkenal yang dipilih. Para pemain teater dipilih untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat sekaligus membagikan kesan mereka tentang
seni teater dan masa depan teater. Pesan tersebut pertama kali disampaikan oleh
Jean Cocteau pada tahun 1962, kemudian diterjemahkan ke dalam 50 bahasa, dibaca
untuk ribuan penonton, dan dicetak di ratusan surat kabar. ITI juga menyebarkan
pesan melalui siaran ke seluruh dunia.
Dimasa lampau, pada awalnya, karya seni ini berasal dari upacara
keagamaan di Yunani yang bertujuan untuk memuja Dewa Anggur bernama Dionysus. Pada
zaman Yunani Kuno, teater biasanya dipertunjukkan di sebuah tempat bernama
teathron. Tempat tersebut biasa dibangun di lereng-lereng bukit dengan
desain bangunan yang memiliki atap terbuka.
Kemudian
tentang tokoh perfilman nasional adalah Usmar Ismail, sutradara Indonesia yang
sukses memproduksi film berjudul Darah dan Doa atau The Long March of Siliwangi
melalui perusahaan film miliknya sendiri, Perfini. Film tersebut
diproduksi pertama kali pada 30 Maret 1950. Atas dasar itulah, ditetapkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 bahwa Hari film
nasional dicanangkan setiap tanggal 30 Maret, awal film Indonesia disutradarai
dan diproduksi oleh orang Indonesia sendiri.
Mengutip
dari kemdikbud.go.id, dalam memperingati HFN (Hari Film Nasional)
ke-73, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim memberikan ucapan selamat dan
menyampaikan sambutan. “Selamat Hari Film Nasional untuk semua pekerja film di
Indonesia. Mari kita terus memajukan perfilman Indonesia, bergerak serentak mewujudkan
Merdeka Berbudaya,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, di Jakarta pada Kamis (30/3/2023).
Nadiem juga
menyampaikan bahwa Kemendikbudristek menyediakan wadah untuk berbagai inisiatif
di bidang kebudayaan. Harapannya, agar pelaku dan praktik kebudayaan termasuk
di bidang perfilman memperoleh akses yang luas dan mengalami peningkatan
kualitas. “Bangsa ini memiliki aset yang luar biasa untuk dapat terus
mengembangkan perfilman Indonesia,” ujar Nadiem.
“Para sineas kita telah membuktikan kemampuannya dalam mengembangkan
perfilman Indonesia. Misalnya melalui berbagai program yang diselenggarakan
Kemendikbudristek, mulai dari Kompetisi Produksi Film Pendek, Indonesiana Film,
sampai Pendukungan Film Indonesia ke Festival Internasional,” sebutnya.
Di Surabaya (31/03/2023), kami berkesempatan melakukan wawancara dengan
Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), Taufik Hidayat. Dia memaparkan
perkembangan dunia teater di Surabaya dan di Jawa Timur serta perkembangan film
pada dewasa ini melalui upaya-upaya yang dilakukan oleh para seniman baik
seniman teater dan sekaligus seniman film yang sudah cukup bagus. Gerakan dari
komunitas-komunitas teater mulai dari teater sekolah hingga teater kampus yang
ada di Jawa Timur sangat maksimal.
“Kami melihat bahwa ini adalah upaya dalam rangka memperkuat basis kesenian
baik itu seni teater tradisional maupun seni teater modern. Teater tradisional
banyak bersifat kesenian-kesenian lokal seperti ludruk, kentrung, kesenian
Janger lalu juga ada di beberapa daerah yang kadang-kadang mungkin tidak bisa
terdeteksi namun kesenian itu sudah mulai menguat. Tinggal bagaimana
keterlibatan pemerintah melakukan penguatan-penguatan untuk meneguhkan
prinsip-prinsip dalam berkesenian tersebut, “ jelas Taufik.
Taufik menambahkan, perlu kerjasama semaksimal mungkin dari berbagai pihak
(pemerintah, swasta, akademisi, pegiat seni) untuk mengembangkan teater
ini sebagai sebuah proses penguatan terhadap karakteristik nilai-nilai yang terkandung
dari cerita-cerita di masyarakat.
Kemudian dalam konteks kesenian film di Jawa Timur, Taufik menyampaikan
bahwasanya teman-teman lokal juga sudah mulai tumbuh dalam aktivitas perfilman
yaitu di Malang, Surabaya, Gresik, Jember, Banyuwangi dan Jombang. Serta
komunitas seni film yang ada di daerah Mataraman yang bahkan sudah sampai ke
Ponorogo.
Kemudian
secara pengalaman, Taufik memaparkan bahwa Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT)
juga melakukan program pembinaan lembaga komunitas kesenian teater diantaranya
teater muda, teater sekolah, teater kampus, dan seniman kampus. Sedangkan untuk
film melalui festival film anak muda dan festival film untuk mahasiswa. Bahkan pada saat pandemi tetap diusahakan untuk dilaksanakan. Anak-anak
muda cukup antusias. Apalagi pembuatan film pendek saat ini baik
fiksi/documenter maupun non fiksi bisa menggunakan gadget dan hasilnya sangat
bagus.
“Jadi akhirnya kami sadar betul bahwa potensi para seniman teater dan film
di Jawa Timur sebenarnya cukup besar. Tinggal bagaimana pihak pemerintah
membangun gairah berkesenian komunitas-komunitas tersebut menjadi lebih besar
lagi serta menjadikan itu sebagai sumber daya ekonomi untuk kemajuan daerah dan
bangsa,” kata Taufik yang pernah menjadi penulis naskah drama kolosal "Surabaya
Membara" yang menceritakan pertempuran 10 November 1945.
Saat ini, sebagaimana
kita saksikan, sudah banyak tempat pemutaran film. Ada Cinemax,
XX1, 21, movie Max. Bisa juga CGV dan Marvel. Namun tampaknya tidak cukup hanya
itu, untuk mendorong eksistensi seni teater dan film lebih berkualitas, harus
ada kolaborasi secara kelembagaan pemerintah pusat baik melalui Kementerian
Pariwisata maupun Pendidikan dan Kebudayaan dengan Pemerintahan Daerah.
Kebutuhannya adalah dukungan untuk pementasan teater di gedung-gedung
pertunjukan yang representatif. Ini yang harus diwujudkan. Misi besarnya adalah
terwujudnya grand desain kesenian untuk peningkatan ekonomi di masyarakat dan
bertumbuhnya ruang ekonomi kreatif yang mengangkat potensi para artis, seniman,
pemain teater, serta movie maker (pembuat film). (er)
Belum ada Komentar untuk "Pemajuan Seni Teater Dan Film Di Tanah Air"
Posting Komentar